Memprediksi kehidupan di masa depan
Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi digital,
yang sekarang ini saja rasanya tidak mudah. Apalagi memprediksi kehidupan di
masa yang akan datang. Saya itu ya, kadang, berangan-angan tapi bukan melamun.
Mungkin lebih cocok disebut berfantasi. Saya berfantasi tentang kehadiran
Artifisial Intelilgence (AI). Seandainya, yang dikatakan oleh pakar itu benar.
Bahwa 52% pekerjaan manusia akan digantikan robotik. Bukankah itu akan
mempersulit atau memperkecil lowongan kerja?
![]() |
(Robot AI berbentuk tangan manusia) |
Seandainya, penggunaan teknologi digital dalam kehidupan dan
khususnya yang berkaitan dengan ekonomi memberi peluang adanya pekerjaan baru.
Apakah pekerjaan baru itu sebanding dengan pekerjaan yang diambil alih AI?
Jangankan memprediksi tentang bagaimana kehidupan di masa yang akan datang,
mengikuti perkembangan teknologi digital yang sekarang saja sudah mumet.
Barangkali, apa yang dikatakan oleh Yogi Berra tentang betapa sukarnya
memprediksi. Apalagi memprediksi masa depan. (“It’s tough to make predictions,
especially about the future.” -Yogi Berra).
Konon katanya, Presiden Jokowi memilih Nadiem Makarim menjadi
Mendikbud karena kemampuan beliau memprediksi kehidupan di masa yang akan
datang. Kemungkinan dilihat dari keberhasilan CEO Gojek, Mas Nadiem Makarim
dalam pertumbuhan ekonomi di negeri ini. Bahkan, katanya lagi, Mas Nadiem
Makarim sebagai menteri termuda dan terkaya. Sebagai menteri termuda tak perlu
diragukan. Tetapi sebagai menteri terkaya?
Karena memprediksi kehidupan di masa depan tidak mudah maka
kurikulum yang bagaimana yang sebaiknya diajarkan kepada generasi yang akan
menjadi penghuni masa depan tersebut? Pakar pendidikan sudah banyak yang
berpendapat tentang kompetensi abad 21 yang perlu dimiliki atau dikuasai oleh
peserta didik. Kompetensi 7 C (Creative, Critical Thinking, Collaboration,
Communication, Caracter, Cultural and Computer). Tetapi menurut saya, yang
paling penting diajarkan kepada generasi mendatang adalah kemauan untuk belajar
terus-menerus. Kemauan belajar seumur hidup. Belajar sepanjang hayat. Tanpa
kemauan belajar seumur hidup generasi berikutnya akan banyak mengalami
kesulitan dalam penyesuaian hidup dengan perkembangan teknologi dan perubahan
ilmu pengetahuan.
Mereka yang tak mau belajar secara terus menerus, sepanjang
hayat akan mengalami kesulitan, seperti sebagian orang yang gagap teknologi
sekarang ini. Siapa saja yang alergi dengan kehadiran AI dalam hidup ini akan
ketinggalan jaman. Mirip seperti pengguna handphone jadul hendak memesan gojek.
Hanya orang yang bersedia belajar secara terus menerus yang akan suvive. Mirip
seperti yang dikatakan oleh Darwin. Yang punya daya adaptasi yang tinggi yang
akan survive. Yang tak punya daya adaptasi dengan perkembangan teknologi dan
ilmu pengetahuan terkini akan terlindas oleh jaman. Itulah sebagian dari
fantasi yang terlintas dibenakku.
Nice and good article , please also visit my blog
ReplyDeleteBest Hosting in Indonesia
Best Tablet with lower price
Thank's for sharing mr.
Nice and good article , please also visit my blog
ReplyDeleteBest Hosting in Indonesia
Best Tablet with lower price
Thank's for sharing mr.